INILAHTASIK.COM | Berstatus sebagai Puskesmas di Kota Tasikmalaya yang masyarakatnya banyak terpapar demam berdarah dengue (DBD), Puskesmas Sambongpari Kecamatan Mangkubumi dengan cepat membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) Penanganan DBD
Tim Satgas khusus Penanganan DBD ini bekerja selama 24 jam tanpa libur untuk terus melakukan penyuluhan kesehatan ke warga termasuk melakukan pemantauan ke setiap titik-titik yang banyak ditemukan kasus DBD.
Kepala Puskesmas (PKM) Sambongpari, Ika Susilawati mengatakan, antisipasi penyebaran DBD saat ini sangat urgent dan menjadi prioritas pelayanan. Pasalnya, jumlah masyarakat yang terpapar nyamuk jenis aedes aegypti yang mematikan ini terus bertambah.
“Sampai sekarang jumlah kasus DBD di Kota Tasik sudah mencapai 840 kasus, sudah jadi siaga darurat DBD, 18 diantaranya meninggal dunia dan di PKM Sambongpari ini terbanyak ditemukan kasus DBD di wilayah Kota Tasikmalaya,” ungkap Ika di PKM Sambongpari, Minggu (12/07/2020).
Dikatakannya, guna mencegah agar kasus DBD di wilayah Sambongpari ini tidak semakin bertambah dan lebih parah, berbagai upaya pun terus dilakukan mulai dari pemberdayaan kader-kader posyandu dan kader-kader penyuluh kesehatan, mengiatkan jejaring kesehatan, mengoptimalkan kendaraan Puskesmas Keliling (Pusling) termasuk pembentukan satuan tugas (Satgas) demam berdarah dengue (DBD).
“Kita optimalkan seluruh tenaga kesehatan dan perawat di PKM serta klinik-klinik dokter dan praktek bidan yang ada di Sambongpari untuk melakukan percepatan penanganan antisipasi penyebaran kasus DBD,” sambungnya.
Dijelaskannya, Satgas DBD siap bekerja 24 jam dalam menanggulangi DBD, termasuk membantu masyarakat dalam upaya mencegah agar tidak terpapar dari gigitan nyamuk Aedes aegypti.
“Semua petugas medis yang ada di Puskesmas dari dokter, perawat dan bidan akan bekerja siap siaga selama 24 jam, mereka setiap hari terjun kelapangan untuk memberikan penyuluhan dan edukasi ke masyarakat terkait cara-cara pencegahan DBD seperti 3T (temukan kasus, tes laboratorium dan treatment), 3P (penyuluhan, pemberantasan sarang nyamu, pencatatan dan pelaporan) dan 3M (menguras, mengubur dan menutup) termasuk secara berkala melakukan foging,” ujar Ika.
Dirinya pun mengatakan, sudah membagi-bagikan buku penyuluhan tentang DBD ke tokoh masyarakat, tokoh agama dan karang taruna setempat, termasuk mengajarkan kepada warga untuk melakukan deteksi dini DBD sendiri di rumah agar tidak terlambat dalam penanganan dan bila diketahui segera dibawa ke layanan kesehatan.
“Kita berharap semua pihak memiliki peran penting dalam upaya pencegahan kasus DBD, insyaallah kalau semuanya bersama-sama akan mampu kita ditanggulangi penyakitnya,” ucapnya.
Ia meminta agar masyarakat terus meningkatkan kembali kesadaran untuk berprilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan rajin bergotong royong membersihkan lingkungan sekitar dan tempat tinggal.
“Sebenarnya untuk mencegah segala macam penyakit, penting bagi kita agar berperilaku hidup bersih dan sehat termasuk kalau mengalami gejala penyakit, segera ke pelayanan kesehatan setempat agar segera dilakukan penanganan medis,” pungkasnya. (Seda)
Discussion about this post