INILAHTASIK.COM | Hari ini (19/05) merupakan hari terakhir penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB di seluruh wilayah Jawa Barat. Khususnya Pemkot Tasikmalaya berencana memperpanjang kembali pelaksanaan PSBB hingga 29 Mei mendatang.
Pemerhati kebijakan, Ir. Nanang Nurjamil saat diminta tanggapannya, Selasa (19/05/2020) mengungkapkan bahwa kebiijakan Pemkot Tasik untuk memperpanjang PSBB merupakan sebuah kebijakan yang kurang bijak, mengingta di saat rakyat akan bersuka cita menyambut hari kemenangan Idul Fitri, justru malah segala hal dibatasi.
“Jumlah ruas jalan yang ditutup akan ditambah, itu artinya masyarakat akan semakin kesulitan untuk bisa mengakses berbagai tempat tujuan. Para pedagang kecil akan semakin kesulitan mencari lahan tempat jualan karena areanya semakin dipersempit dengan kebijakan penutupan jalan,” ungkapnya.
Ia menyebut, fakta empiris di beberapa kota menunjukkan bahwa penerapan PSBB tidak efektif, justru pasien positive Covid-19 malah semakin bertambah. Hal yang harus ditingkatkan adalah tracing, treatmen, testing, bukan memperpanjang PSBB. “Percuma PSBB diperpanjang kalau hanya sekedar menutup jalan, mencegah kendaraan masuk, tapi orang malah diloloskan,” sebutnya.
“Memangnya yang akan terkena corona itu kendaraan, atau orang? Pemkot dan Gugus Tugas Covid-19, mestinya melihat realita di lapangan secara arif dan bijak. Selama PSBB berjalan faktanya jalan-jalan tetap macet, pengunjung mall tetap berdesakan. Bahkan saya melihat langsung, ada satu mall yang dari luar kelihatan sepi/tutup, setelah saya cek ke atas ternyata ramai pengunjung,” tutur Nanang.
Ia berpendapat lebih baik PSBB tidak diperpanjang, namun pemkot harus memaksimalkan tracing, testing dan treatmen. “Faktanya penambahan pasien positif covid-19 terjadinya di puskesmas, bukan di ruang publik. Ini sudah 5 hari menjelang Idul Fitri, masyarakat butuh bekal untuk berlebaran, pemkot harus memiliki sense of crisis secara holistic (menyeluruh),” paparnya.
Menurut ia,kebijakan jangan hanya dari saru sisi untuk kepentingan pencegahan penularan covid-19 yang semuanya baru hanya sekedar upaya dan prediksi, jangan memutus mata rantai covid, lantas memutus mata pencaharian masyarakat yang tidak memiliki penghasilan tetap selain dari berjualan.
“Pikirkan juga bagaimana dengan nasib 2000 pekerja yang di rumahkan, 500 lebih driver ojol, 4.281 pedagang kaki lima se kota Tasikmalaya, belum lagi para pekerja opang, sopir anngkot, delman, tukang becak. Ada bansos malah banyak yang tidak tepat sasaran karena input data yang katanya ngaco dan amburadul. Kesalahan pemerintah, kenapa rakyat yang harus menjadi korban. Sekali lagi tidak usah diperpanjang PSBB, maksimalkan saja trace, test, treat (Pelacakan, Pemeriksaan dan Pencegahan/Pengobatan),” tandasnya. (Pid)
Discussion about this post