INILAHTASIK.COM | Puncak kontestasi politik tinggal menghitung hari. Saling sindir saling nyinyir antar pendukung kian timbul tanpa tenggelam, baik di sosial media maupun dunia nyata kian menegang jelas terasa.
Myftah Farid, S.IP, aktivis muda Kota Tasikmalaya yang juga sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari PDI-Perjuangan daerah pemilihan (dapil) 1 no urut delapan (Kecamatan Cihideung, Tawang, Bungursari) Kota Tasikmalaya mengajak ke semua elemen, baik kontestan maupun masyarakat untuk tetap menebar kebaikan dan menjaga persaudaraan.
Farid berharap, masyarakat bisa menggunakan hak pilihnya dengan baik, serta dapat memilih calon-calon yang akan mewakilinya tidak berdasarkan materi (uang) akan tetapi lebih melihat kualitas keilmuan, rekam jejak keseharian juga program kerjanya.
“Selain itu, saya mengajak kepada para kontestan pemilu dan masyarakat untuk menciptakan pemilu yang aman, berintegritas dan bermartabat dengan cara membantu mensosialisasikan tahapan-tahapan pemilu, tidak menyebarluaskan berita bohong (hoax), tidak mengkampanyekan hal-hal yang berbau SARA, serta menghargai setiap pilihan politik seseorang,” ujarnya, Jumat (18/01/2019).
“Perlu kita ingat bahwa pemilu itu ada waktunya, sementara persaudaraan itu tidak berbatas waktu, maka berkampanye sewajarnya dan bersaudara selamanya,” sambung Farid. Dengan mengusung jargon ‘Membangun Politik Harapan bukan Kebencian’ dirinya berharap bisa merealisasikan harapan-harapan masyarakat serta memberikan pendidikan bahwa politik bukanlah hal yang tabu dan menjijikan.
“Politik itu suci, yang kotor dan menjijikan hanyalah tafsiran atas perilaku politisi (pelaku politik) yang tidak memahami bagaimana berpolitik yang baik, menghalalkan segala cara untuk memperkaya dirinya sendiri dengan memanfaatkan kendafaan politiknya, itu pun tidak semua politisi karena masih banyak yang berperilaku baik serta berupaya mengubah nasib masyarakat bukan hanya nasibnya sendiri,” tandasnya.
Profil
Myftah Farid, S.IP lahir di Tasikmalaya tepatnya di Kampung Paseh Fauzan RT 01/RW 03 tanggal 18 Maret 1985 dari pasangan orangtua Diding Sahidin dan Dedeh Muti’ah.
Meski terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, dimana keseharian orangtuanya bekerja sebagai pengayuh becak dan ibunya mengurus rumah tangga tidak menjadi halangan untuknya menimba ilmu dan meniti karier.
Sekolah baginya adalah hal yang sangat prioritas. Farid bersekolah di SD Tuguraja 1, SMPN 2 Tasikmalaya, Madrasah Aliyah Negeri Tasikmalaya (Al-Misbah) Cieunteung.
Pasca lulus SMA/MAN, ia tidak langsung duduk di bangku kuliah akan tetapi selama 4 tahun harus berjibaku dengan kerasnya kehidupan guna membantu sang ayah menafkahi keluarga, mulai menjadi juru parkir di RM. Saung Gunung Eurih, dan juga di Pasar Cikurubuk, bahkan menjual air mineral kepada para pengemudi angkutan umum yakni angkot 019 dan 013.
Karena punya keinginan kuat untuk melanjutkan studi akademiknya, dengan modal semangat dan niat mencari ilmu dirinya mendaftar di salah satu Perguruan Tinggi yaitu STISIP Tasikmalaya. Selain tercatat sebagai Mahasiswa di kampus tersebut, nama Myftah Farid juga tercatat di beberapa Organisasi Mahasiswa (Intra dan Ekstra Kampus) serta beberapa organisasi kemasyarakatan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STISIP Tasikmalaya, Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) STISIP Tasikmalaya.
Kemudian, di Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Sosial Politik Indonesia (ILMISPI) Provinsi Jawa Barat, Persatuan Mahasiswa Tasikmalaya (PERMATA) Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII), DPD KNPI, GP Ansor, Forum Paseh Bersatu, Solidaritas Pemuda Tunas Tasikmalaya (SIPATUTAT), Banteng Muda Indonesia (BMI), Badan Pendidikan dan Pelatihan Cabang (BADIKLATCAB) PDI Perjuangan dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU).
Pengalaman organisasi yang dimilikinya itu menjadi modal kuat untuk ikut dalam kontestasi politik pemilu legislatif tahun 2019. (Tim)

Discussion about this post