INILAHTASIK.COM | Kasus penyebaran Covid-19 bisa terbagi menjadi beberapa kasus klaster, salah satunya adalah klaster keluarga. Klaster tersebut muncul ketika salah satu anggota keluarga membawa Covid-19 yang berasal dari luar rumah setelah beraktivitas seharian tanpa membersihkan badan terlebih dahulu, sehingga anggota keluarga yang lain besar kemungkinan bisa terpapar.
Klaster keluarga bisa menjadi bahaya ketika orang yang membawa virus ini tidak memiliki gelaja atau OTG, lalu menularkannya pada orang rumah yang memiliki daya tahan tubuh lemah seperti lansia, balita, dan orang yang mempunyai penyakit bawaan sehingga bisa disertai dengan gelaja lebih parah ketika terpapar Covid-19 karena mereka termasuk pada golongan yang berisiko tinggi.
Hal ini menjadikan alasan kenaikan angka data warga yang terpapar Covid-19 di Kota Tasikmalaya yang diduga disebabkan oleh bermunculannya kasus-kasus positif Covid-19 yang berasal dari klaster keluarga. Dimana tercatat sebanyak 41 kasus klaster keluarga secara sporadis dalam jumlah pasien yang bertahap sedikit demi sedikit disetiap kecamatan Tasikmalaya.
Salah satu wilayah yang terbilabg memiliki kasus klaster keluarga cukup banyak yaitu di SKP Pancasila, Jalan Sukasenang. Di situ sudah terdapat 4 keluarga dengan total 10 orang dinyatakan positif Covid-19 setelah melakukan test swab pada bulan Oktober.
Warga Sukasenang yang terpapar Covid-19 ini diputuskan untuk menjalankan perawatan intensif di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, setelah dilakukannya penjemputan oleh pihak Dinas Kesehatan.
Hingga akhirnya pada bulan November 2020, sebanyak 9 orang dinyatakan sembuh dan 1 orang dinilai masih belum sesuai dengan kriteria yang menunjukkan hasil negatif dari Covid-19 karena memiliki penyakit bawaan yakni hipertensi, dimana memperlambat proses penyembuhan akhirnya diberlakukan pula isolasi mandiri dirumah setelah pulang dari rumah sakit.
“Saya curiganya sih dari lingkungan kerja dan pasien yang datang untuk berobat ke rumah, karena selama ini saya tidak pernah berpergian jauh kemana-mana,” ujar Bu Hani, Minggu (08/11) lalu.
Hani yang berprofesi sebagai bidan di RSUD Dr. Soekardjo sekaligus menjadi pasien Covid-19 di wilayah Sukasenang pada bulan Oktober lalu, menduga bahwa dirinya tanpa disadari terpapar Covid-19 yang disebabkan oleh lingkungan pekerjaannya berada dirumah sakit ataupun pasien yang datang ke rumahnya untuk berobat rutinan.
Oleh karena itu, semua anggota keluarga lainnya pun ikut terpapar Covid-19, sehingga hal tersebut dikategorikan sebagai klaster keluarga. Karena wilayah Sukasenang ini termasuk kecil sehingga rumah warga berdekatan, sebagian warga mengungsi karena takut akan terpapar Covid-19 ini karena besar kemungkinan bisa terjadinya interaksi yang tidak disadari di kawasan Sukasenang.
“Kami sekeluarga memilih untuk mengungsi ke kawasan yang lebih aman, yang jarak rumahnya agak jauh dari sini,” kata Bu Ira, salah satu warga Sukasenang yang tidak terkena Covid-19 dan memilih untuk mengungsi selama 14 hari dengan melakukan isolasi mandiri.
Kasus klaster keluarga pada penyebaran Covid-19 dinilai lebih cepat karena didalam satu rumah terdapat 2 orang lebih beresiko tinggi terpapar Covid-19. Untuk menghindari kasus penyebaran dari klaster keluarga ini bisa dilakukannya penerapan 3M, dan tidak lupa untuk memperhatikan riwayat berpergian dari luar rumah tersebut dengan tidak langsung berinteraksi pada anggota keluarga melainkan membersihkan diri terlebih dahulu guna mencegahnya penyebaran Covid-19 di rumah.
Alangkah baiknya pula jika kita peduli pada anggota keluarga dirumah, kita perlu memutus rantai penyebaran Covid-19 ini dengan mengurangi aktivitas yang dirasa tidak terlalu penting untuk berada diluar rumah, ketika berinteraksi dengan tetangga tidak lupa untuk menggunakan masker, dan memperhatikan ventilasi yang baik karena itu bisa menurunkan risiko penularan pada ruangan di rumah. **
Oleh: Viezella Adjura Siti Maulidina
Discussion about this post