INILAHTASIK.COM | Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Fakultas Agama Islam Universitas Negeri Siliwangi Tasikmalaya tengah mengembangkan wisata halal berbasis wana wisata (wisata hutan).
Dua dosen yang melaksanakan program tersebut, Randi Muchariman dan Trisna Wijaya, menyampaikan bahwa wisata halal layak dan penting dikembangkan untuk memastikan visi Kabupaten Tasikmalaya yang Religius/Islami, Maju dan Sejahtera Tahun 2025 dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.
Menurut keduanya, kesejahteraan dan kemajuan itu tidak hanya terkait dengan persoalan materi, akan tetapi juga terkait erat dengan kualitas kepribadian manusia dan modal sosial di masyarakat, kelestarian alam serta identitas budaya.
Sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat, yang didanai oleh internal Universitas Siliwangi, pengembangan wisata halal adalah wujud dari pelaksanaan tugas tridharma dosen yang berbasis kepada nilai-nilai lokal (kearifan lokal).
Program dilaksanakan di Desa Sodonghilir, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya dengan nama lokasi wisata Pasir Batara. Wisata hutan Pasir Batara merupakan kerjasama antara Desa Sodonghilir dengan Perhutani dan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) setempat.
Pasir Batara merupakan hutan pinus dengan beberapa wahana menarik yang bisa dipergunakan untuk melakukan swafoto. Selain itu, wahana panahan merupakan salah satu ciri khas dan aspek yang akan dikembangkan sebagai bagian dari produk wisata dan gaya hidup halal.
“Kami yakin dengan potensi alam dan sosial masyarakatnya, Pasir Batara dapat dikembangkan menjadi desa wisata halal pertama di Kabupaten Tasikmalaya, sekaligus contoh bagi tempat wisata lainnya” Ucap Randi.
Ketika ditanya alasan memilih Pasir Batara, Lebih lanjut, keduanya menjelaskan, pengembangan desa wisata halal harus ditopang oleh pembangunan sumber daya manusia dan modal sosial yang berkualitas.
Sebaik apapun potensi alam, akses jalan, serta fasilitas lengkap dan lainnya, jika manusia dan masyarakatnya tidak siap dengan ilmu dan kapasitas, maka wisata halal hanya akan menjadi formalitas semata tanpa hal-hal subtansial.
Terdapat tiga tantangan terbesar dari pengembangan wisata halal. Pertama adalah pembangunan manusia dan masyarakat agar siap dan berkomitmen terhadap pengembangan wisata halal dengan aspek sikap dan manejerial sebagai variabel terpentingnya.
Tantangan kedua adalah pengembangan produk wisata halal dan strategi marketingnya. Dalam konteks Sodonghilir misalnya, panah berkuda (horsebow) dapat menjadi salah satu gaya hidup yang dapat dikembangkan sebagai produk wisata halal unggulan. Dalam aspek ini, hal terpenting yang harus ada adalah proses riset untuk mengembangkan produk serta menentukan STP (segmentasi, targeting, posisioning).
Tantangan yang ketiga adalah persoalan fasilitas dan pengembangan sarana pendukung. Selain membangun fasilitias fisik, hal terpenting dari tantangan ini adalah memastikan keharmonisan dengan alam, tidak merusak lingkungan, dan menjaga kelestarian alam.
Pengembangan wisata halal, salah satu cara dosen mengembangkan keilmuan dengan pendekatan transdisiplin, yakni menggunakan disiplin keilmuan secara interdisiplin, di satu sisi serta mengintegrasikannya dengan keterlibatan masyarakat dan berbagai komunitas di sisi lainnya.
Program wisata halal Pasir Batara yang dilaksanakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Fakultas Agama Islam merupakan salah satu bentuk usaha untuk mengembangkan keilmuan secara interdisiplin. Secara ideal, bisa juga ditambah dari disiplin ilmu teknik, pertanian dan olahraga.
“Kami sadar, bahwa usaha kami ini masih sangat awal, yang jelas kami telah berusaha dan memulainya. Perjalanan ini masih panjang, kami berusaha untuk melihat persoalan secara ekologis, mengamati cara pandang pembangunan berkelanjutan. Untuk mencapai hal ini perlu kerjasama dengan berbagai pihak. (Pid)
Discussion about this post